Lagi-lagi terjadi, semalaman sebelum mau berangkat saya hampir tidak tidur karena berangkat pesawat jam 05.40 pagi. Kali ini saya dan mama berencana untuk berangkat dari rumah sekitar jam 02.30 dini hari dengan pertimbangan ini penerbangan internasional yang biasanya waktu terakhir check-in nya lebih awal. Kami sampai di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta kurang dari jam 03.30 pagi. Ini adalah pengalaman pertama kali kami di Terminal 3, khusus bagi saya ini penerbangan pertama saya dengan Air Asia (AA)...eh nyebut merk :P Wah... baru jam segini, bandara sudah mulai ramai saja. Saat di pintu masuk, seperti biasa, menunjukkan tiket ke petugas bandara, dan kami langsung mencari tempat untuk check-in. Nah di Terminal 3 ini terdapat dua jenis check-in counter yang pertama untuk domestik dan satunya untuk internasional. Keduanya tertulis check-in untuk penumpang dengan bagasi. Di bagian domestik, sudah panjang antrian untuk check-in. Akan tetapi... jeenggg... kosong aja gitu di yang internasional, tidak ada petugas, juga tidak ada calon penumpang yang mengantri. Tapi tidak lama kemudian, ada seorang bapak yang menggunakan baju terdapat logo AA muncul di counter, langsung saya tanya untuk check-in international dan dia menunjukkan ke arah mesin check-in yang ada di seberang counter ini untuk check-in tanpa bagasi. Langsung deh saya ke mesin berbentuk mirip mesin ATM itu dan men-check-in-kan untuk saya dan mama. Hahaha... ndeso deh...Walaupun sudah berkali-kali naik pesawat, tapi baru kali ini saya check-in lewat mesin seperti ini. Proses check-in selesai, kami dapat nomor bangku kami masing-masing yang terpisah, namun masih di lima barisan depan.
Selesai check-in, kami langsung berjalan masuk ke sisi kiri dari gedung terminal mengikuti petunjuk untuk mencari ruang tunggu sambil berpikir bagaimana kami membayar pajak bandara. Naik ke lantai 2, lalu kami sampai di depan counter imigrasi yang terletak sebelum ruang tunggu (ya...iyalah....) wah belum ada petugas, jadi kami hanya berdiri saja di tempat antrian sebelum counter imigrasi itu. Penumpang lain, kami lihat, masih santai-santai duduk-duduk di kafe-kafe sebelum counter ini. Perlahan... satu per satu penumpang ikut mengantri di belakang kami. Hingga kemudian mama berbisik pada saya dan bilang bahwa ibu-ibu di belakang kami di belakang print-out boarding pass nya ada tanda pembayaran pajak bandara. Langsunglah mama saya bertanya di mana membayar pajak bandara dan jawabannya benar-benar mengejutkan kami, "itu di sebelah mesin check-in, ada mbak-mbak AA yang duduk untuk pembayaran airport tax". Setelah berterima kasih, langsung kami keluar dari antrian. Sementara mama menunggu tidak jauh dari tempat antrian, saya berjalan cepat kembali ke mesin check-in tadi yang mana saya harus keluar dulu gedung Terminal untuk masuk lagi. Huffhh... benar-benar tak habis pikir, kami berdua sama sekali tidak melihat si mbak-mbak itu. Dalam hati, saya bersyukur karena kami sampai bandara tidak mepet waktu keberangkatan jadi ada accident macam ini tidak mengacaukan keberangkatan kami. Akhirnya saya sampai di meja pembayaran pajak bandara yang memang terletak persis di sebelah mesin check in. Memang di situ ada beberapa mesin check in, kami tadi check in di mesin paling ujung kanan, sementara meja pembayaran pajak bandara di sebelah mesin paling ujung kiri (hehe.. ngalesan aja yah :P)
Selesai check-in, saya kembali ke tempat mama menunggu dan ternyata antrian sudah lumayan ramai. Akhirnya, sekitar jam 4, datanglah petugas imigrasi. Tidak lama mengantri, kami selesai urusan imigrasi dan masuk ke ruang tunggu. Oiya, sejak masuk ke Terminal 3 ini, saya kagum dengan arsitekturnya yang modern, dengan nuansa kaca dan besi serta plafonnya yang melengkung tinggi, mengingatkan saya akan Bandara Internasional Suvarnabhumi di Bangkok dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar. Untuk ruang tunggu Terminal 3 ini juga bagus, full karpet, bersih dan tempat duduknya nyaman. Uniknya ruang tunggunya tidak disekat-sekat atau dalam ruangan yang berbeda untuk tiap gate.
![]() |
Ruang Tunggu Terminal 3 Penerbangan Internasional Bandara Soetta |
Masuk waktu shubuh, saya dan mama bergantian sholat shubuh di ruang sholat di ujung ruang tunggu. Sayang ruang sholatnya kecil. Saya kecewa kenapa yah padahal sudah jelas penduduk Indonesia sebagian besar Muslim tapi kok ya di tempat-tempat umum masih banyak yang tidak menyediakan ruang sholat yang memadai. Tidak lama selesai sholat, sekitar pukul 05.15, panggilan untuk boarding. Karena kami dapat kursi lima baris terdepan, maka kami dapat masuk terlebih dahulu. Tepat pukul 05.40, pesawat kami pun lepas landas menuju Singapura...dan... saya pun kembali tidur. Huffhh... tapi sayang, baru sebentar tidur, sudah harus bangun karena untuk mengisi form imigrasi Singapura. Langsung cepat-cepat saya isi punya saya dan mama, untuk selanjutnya tidur lagi... Hehehe...
Ah...rasanya belum lama saya tertidur hingga terdengar suara pramugari menyampaikan sekitar 20 menit lagi akan mendarat di Bandara Internasional Changi Singapura. Setelah penerbangan sekitar 1 jam 40 menit, sampailah kami di Changi. Wah ternyata, Bandara Changi itu biasa aja yah. Arsitekturnya menurut saya tempo doeloe ... ya wajar sih... ini kan bandara sudah lama juga. Akan tetapi, full karpet dan bersih. AA mendarat di Terminal 1 Bandara Internasional Changi. Untuk naik MRT ke pusat kota, kami harus naik sky train ke Terminal 2. Petunjuk-petunjuk yang ada cukup jelas mengarahkan kami ke tempat untuk menunggu sky train. Awalnya, saya dan mama sempat ragu karena hanya kami dan 2 pasang bule yang menunggu di situ. Akan tetapi, saya yakin karena sudah mengikuti petunjuk yang jelas dan saya sudah sempat mencari di Youtube, video untuk naik MRT.
Tidak lama kami menunggu, datang kereta yang mengantar kami menuju Terminal 2, dan dengan mengikuti petunjuk arah, kami menuju ke stasiun MRT yang terletak di basement. Sampainya di stasiun, kami melihat ada loket dengan seorang petugas, saya kemudian menuju loket itu untuk beli tiket ke stasiun Somerset dan petugas itu kemudian memberi tahu saya untuk membelinya di mesin yang terletak di sudut stasiun di belakang eskalator. Sayangnya, uang S$ yang saya punya paling kecil kelipatan 50 padahal harga satu tiket ke stasiun Somerset sekitar S$ 4 dan, dari keterangan yang saya baca di mesin, uang kembalian yang dapat dikeluarkan mesin paling banyak S$4, maka saya kembali ke loket tadi untuk menukar uang dengan pecahan yang lebih kecil dan petugas yang baik hati itu memberikannya. Yang lucunya, saya awalnya bicara dalam bahasa Inggris karena si bapak petugas itu berwajah Chinese, eh si bapak petugas itu menjawab dengan bahasa Melayu. Kejadian seperti ini banyak terulang selama saya di sini.
Tidak perlu menunggu lama, kereta kami tiba dan kami pun masuk. Untuk sampai di stasiun Somerset, kami harus transit dua kali di Tanah Merah dan City Hall. Ah.... semua begitu mudah dengan adanya peta MRT di Iphone saya. Akhirnya setelah sekitar 40 menit termasuk transit, kami sampai di stasiun Somerset dan kemudian kami berjalan keluar. Saya sempat ragu ketika membaca petunjuk, mau keluar di Somerset/Orchard atau di Somerset/Exter. Akhirnya kami keluar di Somerset/Orchard. Saya dan mama mulai berjalan mengikuti peta yang saya cetak dari website Lloyd's Inn....dan ternyata... kami sepertinya nyasar :D Akhirnya saya mulai bertanya ke seorang ibu yang duduk di halte bus, dia tidak tahu Lloyd Rd.,tempat hotel itu, karena itu bukan jalan besar. Sambil saya menyeret koper kecil saya (sebenarnya koper ini model backpack juga tapi berat euy kalau harus digendong :p) dan mama menenteng tas baju kecilnya, kami kemudian bertanya kepada seorang bapak petugas kebersihan, dia menunjukkan untuk saya lurus menyusuri Orchard Rd. kemudian belok kanan. Dengan masih bingung-bingung, kami mengikutinya... wah kami baru sadar kami salah belok karena belum juga menemukan jalan itu. Saya dan mama sebenarnya berharap ada polisi di pinggir jalan yang bisa kami tanyai, tapi (ajaibnya) tidak ada satupun bahkan selama kami di Singapura, kami tidak pernah menemukan polisi di pinggir-pinggir jalan seperti di Jakarta. Kemudian, saya bertanya pada seorang ibu yang berdiri di sebuah perempatan jalan dekat Orchard Central. Dia juga tidak tahu tapi dia menyarankan kami untuk bertanya ke Kantor Pos yang ada di dekat situ. Saya pun masuk ke kantor pos dan bertanya. Kemudian seorang mbak-mbak di belakang meja pelayanan kantor pos menunjukkan bahwa kami harus berbalik arah, kemudian jalan lurus, hingga menemukan marka nama jalan Lloyd Rd. Mama sudah mulai komplain ke saya karena di Jakarta, saya bilang penginapannya dekat dari stasiun, ini sudah muter-muter jalan lebih dari 30 menit belum ketemu juga. Huffhh... Alhamdulillah, setelah lewat gedung Singtel, saya menemukan marka nama jalan bertuliskan Lloyd Rd. Kami belok kiri, wah ternyata di awal jalan itu nomor 40an, padahal penginapan kami nomor 2. Mama kembali komplain, tapi untungnya ternyata hanya sekitar 100 meter. Melihat penginapannya yang sederhana karena hanya tingkat dua, Mama sempat curiga, jangan-jangan ini penginapan yang "enggak-enggak". Meja resepsionisnya pun biasa saja.
Saat kami masuk penginapan, saat itu sekitar pukul 10.30 waktu Singapura (waktu Singapura lebih cepat 1 jam daripada Jakarta). Saya langsung bilang ke bapak yang di meja resepsionis, kalau saya sudah booking lewat email dan sudah menerima email konfirmasi dari Lloyd's Inn. Bapak tersebut langsung melihat tumpukan kertas booking-an di depan saya. Sempat deg-degan kalau-kalau booking-an saya tidak tercatat, akhirnya lega karena ada di kertas di tumpukan paling bawah. Bapak itu bilang baru boleh check in jam 12. Dia menawarkan kami untuk meninggalkan tas kami di dekat resepsionis yang memang di situ telah terdapat banyak koper berjejer, tetapi kami memutuskan untuk menunggu saja di lobi penginapan yang sangat sederhana itu, karena hanya ruangan kecil dengan ada dua sofa single dan dua sofa double, karena kami khawatir dengan keamanan tas kami yang tidak digembok seperti koper-koper lain yang ditinggalkan pemiliknya.Ketika kami menunggu, datanglah 4 orang turis sepertinya dari China. Mereka hanya sebentar kemudian meninggalkan kopernya. Entah karena iba melihat kami menunggu atau karena kamarnya memang sudah siap, kami dapat check in sekitar pukul 11.00, saya kemudian membayar untuk satu malam dulu karena sepertinya kami, khususnya mama, masih ragu dengan penginapan ini.
Setelah mendapat kunci, kami masuk ke kamar. Wah kamarnya cukup luas, bersih, kamar mandi di dalam (dengan air hangat, toilet duduk, ada bath tub, ada handuk bersih plus toilet kit), tempat tidur ukuran queen, ber-AC, ada lemari plus beberapa gantungan baju, ada TV (hanya menayangkan satu channel stasiun TV lokal tapi beberapa acaranya mirip dengan TV berbayar di Indonesia serta berbahasa Inggris), ada meja rias plus kursi, ada lampu meja di kanan dan kiri kepala tempat tidur, ada water heater. Sayangnya tidak disediakan air mineral dalam botol dan aneka teh atau kopi sachet seperti di hotel umumnya. Intinya, saya cukup puas dengan kamar yang kami dapat. Setelah meletakkan barang-barang, kami langsung bersiap untuk memulai "petualangan" kami di Singapura.
Ke mana saja kami di hari pertama kami di Singapura, saya lanjutkan di cerita berikut yah :)
Tidak lama kami menunggu, datang kereta yang mengantar kami menuju Terminal 2, dan dengan mengikuti petunjuk arah, kami menuju ke stasiun MRT yang terletak di basement. Sampainya di stasiun, kami melihat ada loket dengan seorang petugas, saya kemudian menuju loket itu untuk beli tiket ke stasiun Somerset dan petugas itu kemudian memberi tahu saya untuk membelinya di mesin yang terletak di sudut stasiun di belakang eskalator. Sayangnya, uang S$ yang saya punya paling kecil kelipatan 50 padahal harga satu tiket ke stasiun Somerset sekitar S$ 4 dan, dari keterangan yang saya baca di mesin, uang kembalian yang dapat dikeluarkan mesin paling banyak S$4, maka saya kembali ke loket tadi untuk menukar uang dengan pecahan yang lebih kecil dan petugas yang baik hati itu memberikannya. Yang lucunya, saya awalnya bicara dalam bahasa Inggris karena si bapak petugas itu berwajah Chinese, eh si bapak petugas itu menjawab dengan bahasa Melayu. Kejadian seperti ini banyak terulang selama saya di sini.
Tidak perlu menunggu lama, kereta kami tiba dan kami pun masuk. Untuk sampai di stasiun Somerset, kami harus transit dua kali di Tanah Merah dan City Hall. Ah.... semua begitu mudah dengan adanya peta MRT di Iphone saya. Akhirnya setelah sekitar 40 menit termasuk transit, kami sampai di stasiun Somerset dan kemudian kami berjalan keluar. Saya sempat ragu ketika membaca petunjuk, mau keluar di Somerset/Orchard atau di Somerset/Exter. Akhirnya kami keluar di Somerset/Orchard. Saya dan mama mulai berjalan mengikuti peta yang saya cetak dari website Lloyd's Inn....dan ternyata... kami sepertinya nyasar :D Akhirnya saya mulai bertanya ke seorang ibu yang duduk di halte bus, dia tidak tahu Lloyd Rd.,tempat hotel itu, karena itu bukan jalan besar. Sambil saya menyeret koper kecil saya (sebenarnya koper ini model backpack juga tapi berat euy kalau harus digendong :p) dan mama menenteng tas baju kecilnya, kami kemudian bertanya kepada seorang bapak petugas kebersihan, dia menunjukkan untuk saya lurus menyusuri Orchard Rd. kemudian belok kanan. Dengan masih bingung-bingung, kami mengikutinya... wah kami baru sadar kami salah belok karena belum juga menemukan jalan itu. Saya dan mama sebenarnya berharap ada polisi di pinggir jalan yang bisa kami tanyai, tapi (ajaibnya) tidak ada satupun bahkan selama kami di Singapura, kami tidak pernah menemukan polisi di pinggir-pinggir jalan seperti di Jakarta. Kemudian, saya bertanya pada seorang ibu yang berdiri di sebuah perempatan jalan dekat Orchard Central. Dia juga tidak tahu tapi dia menyarankan kami untuk bertanya ke Kantor Pos yang ada di dekat situ. Saya pun masuk ke kantor pos dan bertanya. Kemudian seorang mbak-mbak di belakang meja pelayanan kantor pos menunjukkan bahwa kami harus berbalik arah, kemudian jalan lurus, hingga menemukan marka nama jalan Lloyd Rd. Mama sudah mulai komplain ke saya karena di Jakarta, saya bilang penginapannya dekat dari stasiun, ini sudah muter-muter jalan lebih dari 30 menit belum ketemu juga. Huffhh... Alhamdulillah, setelah lewat gedung Singtel, saya menemukan marka nama jalan bertuliskan Lloyd Rd. Kami belok kiri, wah ternyata di awal jalan itu nomor 40an, padahal penginapan kami nomor 2. Mama kembali komplain, tapi untungnya ternyata hanya sekitar 100 meter. Melihat penginapannya yang sederhana karena hanya tingkat dua, Mama sempat curiga, jangan-jangan ini penginapan yang "enggak-enggak". Meja resepsionisnya pun biasa saja.
Saat kami masuk penginapan, saat itu sekitar pukul 10.30 waktu Singapura (waktu Singapura lebih cepat 1 jam daripada Jakarta). Saya langsung bilang ke bapak yang di meja resepsionis, kalau saya sudah booking lewat email dan sudah menerima email konfirmasi dari Lloyd's Inn. Bapak tersebut langsung melihat tumpukan kertas booking-an di depan saya. Sempat deg-degan kalau-kalau booking-an saya tidak tercatat, akhirnya lega karena ada di kertas di tumpukan paling bawah. Bapak itu bilang baru boleh check in jam 12. Dia menawarkan kami untuk meninggalkan tas kami di dekat resepsionis yang memang di situ telah terdapat banyak koper berjejer, tetapi kami memutuskan untuk menunggu saja di lobi penginapan yang sangat sederhana itu, karena hanya ruangan kecil dengan ada dua sofa single dan dua sofa double, karena kami khawatir dengan keamanan tas kami yang tidak digembok seperti koper-koper lain yang ditinggalkan pemiliknya.Ketika kami menunggu, datanglah 4 orang turis sepertinya dari China. Mereka hanya sebentar kemudian meninggalkan kopernya. Entah karena iba melihat kami menunggu atau karena kamarnya memang sudah siap, kami dapat check in sekitar pukul 11.00, saya kemudian membayar untuk satu malam dulu karena sepertinya kami, khususnya mama, masih ragu dengan penginapan ini.
Setelah mendapat kunci, kami masuk ke kamar. Wah kamarnya cukup luas, bersih, kamar mandi di dalam (dengan air hangat, toilet duduk, ada bath tub, ada handuk bersih plus toilet kit), tempat tidur ukuran queen, ber-AC, ada lemari plus beberapa gantungan baju, ada TV (hanya menayangkan satu channel stasiun TV lokal tapi beberapa acaranya mirip dengan TV berbayar di Indonesia serta berbahasa Inggris), ada meja rias plus kursi, ada lampu meja di kanan dan kiri kepala tempat tidur, ada water heater. Sayangnya tidak disediakan air mineral dalam botol dan aneka teh atau kopi sachet seperti di hotel umumnya. Intinya, saya cukup puas dengan kamar yang kami dapat. Setelah meletakkan barang-barang, kami langsung bersiap untuk memulai "petualangan" kami di Singapura.
Ke mana saja kami di hari pertama kami di Singapura, saya lanjutkan di cerita berikut yah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar