Sabtu, 16 Juni 2012

F.C Inter - Indonesia Tour 2012

Sepak bola merupakan olahraga yang (mungkin) paling digemari di muka bumi ini. Tidak hanya terbatas para pria saja yang menggemarinya, belakangan jumlah penggemar olahraga ini dari kalangan wanita semakin bertambah banyak. Ada yang gemar memainkannya. Ada yang gemar menyaksikan pertandingannya. Ada pula yang gemar keduanya. Bahkan di negara-negara Eropa, seperti Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, sepak bola telah menjadi suatu industri besar. 

Saya termasuk orang yang cukup gemar menyaksikan pertandingan sepak bola. Dipengaruhi oleh ayah saya yang gemar menyaksikan pertandingan liga maupun kejuaraan antar negara di televisi. Saya ingat waktu kecil sempat ikut menyaksikan pertandingan final sepak bola Piala Dunia tahun 1994, Brasil vs Italia, yang kemudian dimenangkan oleh Brasil. Waktu itu memang tidak penuh menyaksikan pertandingan dari awal sampai akhir karena pertandingannya lewat tengah malam, tapi saya ikut tertidur di depan televisi ketika pertandingan itu berlangsung dan sempat sesekali terbangun. Ketika kelas 2 SMA, saya gemar sekali menyaksikan Liga Italia. Bahkan waktu itu punya klub sepak bola favorit, yaitu Lazio. Sempat punya sedikit pernak-pernik kecil Lazio seperti pin dan gantungan kunci. Alasan saya waktu itu menggemari klub ini adalah klub ini sedang dalam masa keemasannya setelah berpuluh-puluh tahun hanya menjadi tim kelas dua di Liga Italia di bawah bayang-bayang klub lain seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan. Baru satu kali menjadi Juara Liga Italia sejak hampir satu abad berdiri. Saya rasanya sudah bosan dengan klub yang itu-itu saja yang menjadi juara. Saya pun ikut deg-degan ketika menyaksikan pertandingan terakhir di Liga Italia periode 1999-2000 yang menjadi penentu Juara saat itu. Lazio harus menang dan lawan terdekatnya yang saat itu memimpin puncak klasemen sementara, Juventus, harus kalah. Dan akhirnya, Lazio menang, sementara Juventus kalah. Dengan demikian, Lazio menjadi juara Liga Italia 1999-2000.

Selepas SMA, kesibukan saya kuliah dan sempat berpindah-pindahnya stasiun TV yang menayangkan Liga Italia di Indonesia, menyebabkan saya tidak begitu mengikutinya. Lazio sudah tidak menjadi klub sepak bola favorit saya atau pun klub sepak bola lainnya. Sesekali saya menyaksikan pertandingan sepak bola di televisi jika pertandingan itu antara klub-klub hebat, pertandingan Piala Dunia atau Piala Eropa, atau jika tim nasional Indonesia bertanding. Walaupun begitu, saya punya satu impian kecil yaitu menyaksikan pertandingan sepak bola profesional secara langsung di stadion sepak bola yang besar, maksud saya entah itu antar klub sepak bola profesional atau antar negara, yang pasti dimainkan oleh mereka yang memang profesinya adalah pemain sepak bola. Akan tetapi, impian ini urung saya wujudkan karena saya sering khawatir dengan keamanan pertandingan sepak bola di negeri ini. Kalau untuk ke Eropa sana, sepertinya dananya masih harus dipakai untuk hal lain yang lebih saya butuhkan.

Hal ini sangat berbeda dengan adik laki-laki saya, Indra. Sejak mungkin dia mengenal yang namanya sepak bola. Dia menjadi penggemar fanatik olah raga ini sampai sekarang. Tentu saja dia punya klub favorit yang tidak pernah berubah apapun yang terjadi terhadap klub itu, menang ataupun kalah, menjadi juara atau sekadar pecundang, siapapun yang menjadi pemain atau pelatihnya. Klub itu adalah F.C Internazionale atau yang lebih akrab disebut Inter Milan. 

Mendengar berita Inter Milan akan datang ke Indonesia, tentunya menjadi kabar yang sangat menyenangkan baginya. Dia ingin menyaksikan pertandingan ini langsung di Gelora Bung Karno. Wah, saya merasa ini saat yang tepat untuk mewujudkan salah satu impian kecil saya. Kekhawatiran akan keamanan hanya sedikit karena selain ada Indra yang menemani saya juga karena ini pertandingan persahabatan, kemungkinan rusuhnya kecil. Maka, ketika Indra mengabarkan tiket pertandingan sudah mulai dijual di akhir bulan April 2012, kami pun langsung booking via rajakarcis.com. Akan tetapi, karena tidak melakukan pembayaran 24 jam setelah booking, pemesanan kami dinyatakan sudah expired walaupun status pemesanan di rajakarcis.com adalah waiting. Kemudian saya mencoba melakukan pemesanan kembali, tapi ternyata tidak bisa, selalu muncul pesan harus membayar dulu pesanan yang pertama yang sudah expired tadi, baru dapat memesan tiket kembali. Namun, ketika saya mencoba melakukan pembayaran via klikbca.com, tagihan pemesanan pertama sudah terhapus. Saya sudah beberapa kali menghubungi rajakarcis untuk menanyakan hal in tapi selalu sibuk. Akhirnya, kami sepakat Indra akan membeli tiket langsung di kantor rajakarcis di daerah Manggarai. Sebelum berangkat ke Padang, saya sudah menitipkan ini ke Indra.

Akan tetapi, karena Indra tidak dapat meninggalkan kantornya, hingga saya kembali dari Padang, tiket belum di tangan. Hingga suatu hari, tepat 2 minggu setelah pemesanan yang pertama, terkirim email notifikasi ke alamat email saya yang terdaftar di rajakarcis.com. Email tersebut berisikan pernyataan bahwa pemesanan kami sudah expired. Saya lalu mencoba mem-booking lagi tiga tiket kelas 2 untuk pertandingan F.C Inter vs Indonesia Selection tanggal 24 Mei 2012 di Gelora Bung Karno dan ternyata berhasil. Tidak menunggu lama, saya langsung mengabarkan Indra untuk memastikan dia belum membeli tiket ke kantor rajakarcis, dan  setelah pasti dia belum beli, langsung saya bayar. Setelah bayar, voucher dicetak dan pada H-2 sebelum pertandingan, tiket ini ditukarkan.

Voucher yang akan ditukar dengan Tiket
Penukaran tiket dilakukan di Gelora Bung Karno. Pihak penyelenggara pertandingan mendirikan stand untuk penukaran tiket yang terletak di luar stadion. Saya menyempatkan menukarkan tiket pada jam istirahat siang. Kebetulan kantor saya cukup dekat dengan Gelora Bung Karno. Saya sempat melihat persiapan yang dilakukan panitia untuk pertandingan ini, baliho-baliho sudah mulai terpasang. Ada kerumunan supporter Inter yang sedang menggulung (sepertinya) bendera Inter raksasa. Syukurlah, tidak ada antrian saat penukaran tiket. Malah terbilang sepi. 

Para Internisti (Supporter Inter Milan) sedang Menggulung Bendera Raksasa

Tempat Penukaran Tiket

Setelah tiket di tangan, persiapan selanjutnya adalah kostum. Saya minta tolong Indra untuk membelikan kostum Inter Milan. Dia lalu memesankannya ke kios penjual baju bola di depan rumah kami, yang salah satu anak pemiliknya adalah teman Indra waktu sekolah dulu. 

Tanggal 24 Mei 2012, jatuh pada hari Kamis. Paginya, Saya berangkat ke kantor seperti biasa. Pagi itu, kostum belum tersedia. Teman Indra berjanji siangnya, kostum ada karena baru pulang dari membelinya di penjual grosir. Indra sendiri ternyata bolos kerja hari itu. Saya janjian bertemu Indra di kantor saya jam 4 sore. Rencananya, Indra dan pacarnya akan berangkat naik motor ke kantor saya, lalu menumpang parkir di kantor saya, dan kami bertiga naik Trans Jakarta ke Gelora Bung Karno. Saat ke kantor saya itulah, Indra akan membawa kostum Inter Milan untuk saya dan saya akan berganti baju di kamar mandi kantor.

Hingga pukul 4 sore, Indra belum muncul. Saya coba telepon tapi tidak diangkat. Saya tanya ke mama, Indra sudah berangkat. Akhirnya setengah jam kemudian dia muncul. Saya menitipkan motor Indra ke salah seorang satpam di kantor saya. Setelah mendapat kostum Inter Milan dari Indra, saya langsung ke kamar mandi untuk bertukar kostum. Supaya orang-orang kantor tidak heboh, sengaja saya menutupinya dengan jaket. Selama saya berganti kostum dan bersiap pulang, Indra menunggu di depan kantor saya bersama pacarnya. Setelah selesai ganti kostum, saya kembali ke ruangan membereskan barang-barang saya dan langsung pamit pulang.

Tentunya saya tidak benar-benar pulang, saya, Indra dan pacarnya, langsung menuju Gelora Bung Karno dengan menaiki Trans Jakarta. Karena panas, di halte Trans Jakarta, saya membuka jaket saya. Saya menggunakan kostum Inter berwarna merah. Kata Indra ini adalah kostum terbaru Inter, mulai dipakai musim depan. Sementara itu, Indra menggunakan kostum Inter berwarna putih, yang merupakan kostum kedua Inter setelah kostum utamanya yang garis hitam-biru tua. Pacar Indra sendiri hanya menggunakan baju biasa.

Sampai di Gelora Bung Karno, ternyata sudah ramai pengunjung yang sebagian besar menggunakan kostum Inter hitam-biru tua. Di lingkungan stadion, banyak sekali pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai pernak pernik Inter seperti kaos dan poster. Kami sempat ditawari tiket oleh beberapa orang calo. Wah... rupanya masih ada yah percaloan. Kurang dari jam 6 sore, datanglah bis yang mengangkut para pemain Inter dan Indonesia Selection. Wah... semua pengunjung berusaha melihat ke sana walaupun tidak dapat mendekat karena sudah dibatasi pagar dengan jarak yang jauh. Kami juga berusaha melihat, tapi tetap saja yang terlihat hanya bis dan mobil-mobil lain yang mengawalnya.

Tiket kelas 2 itu duduknya di belakang salah satu gawang. Di tiket tertulis, kami masuk dari Pintu IX Sektor 18. Letaknya paling dekat dengan pintu masuk pejalan kaki yang ada di dekat halte Gelora Bung Karno Trans Jakarta. Saat datang kami melihat Pintu IX Sektor 18 masih terkunci. Berbeda dengan Pintu IX Sektor yang di sebelahnya (saya lupa 17 atau 19 yah :P) yang sudah banyak pengunjung antri untuk masuk. Wah... ternyata untuk Pintu IX, pintu masuknya hanya di satu sektor itu saja, maka kami ikut mengantri. Antrian cukup tertib. Mereka sangat respect kepada saya yang wanita, buktinya mereka mempersilahkan saya maju masuk antrian duluan dan cukup menjaga jarak, tidak berdesak-desakan. Untuk masuk ke stadion, kami menunjukkan karcis, kemudian oleh petugas, karcis kami di-scan dengan semacam alat pembaca barcode. Satu per satu pengunjung diperiksa barang bawaannya. Jika membawa air minum, maka harus menyerahkan pada petugas sebelum masuk stadion. Sekitar pukul 6 sore, kami sudah di dalam stadion Gelora Bung Karno. Ternyata... di dalam stadion, terdapat penjual minuman keliling. Wah, jadi tidak paham dengan tujuan dari diambilnya minuman kami dalam botol tadi.


Tiket

Saya di depan Pintu IX Sektor 18 berkostum Inter Milan

Di dalam Stadion
Wow... Besar sekali stadion Gelora Bung Karno ini. Ternyata, jarak antara tempat duduk penonton dengan lapangan, cukup jauh, setidaknya lebih jauh daripada yang saya perkirakan sebelumnya. Di dalam stadion, sudah ramai gemuruh penonton padahal penonton yang menyaksikan pertandingan malam itu hanya memenuhi sekitar sepertiga kapasitas tempat duduk yang tersedia. Khusus untuk Tiket kelas 2, yakni di kedua belakang gawang, sudah penuh penonton, berbeda dengan bagian lainnya. Sekitar setengah jam sebelum pertandingan dimulai, muncul mendekat ke arah penonton, rombongan pemilik Inter Milan (kata adik saya, salah seorangnya adalah istri Massimo Moratti, pemilik Inter Milan). Setelah mereka masuk ke tempat awal, muncul berturut-turut pelatih Inter yang langsung duduk di tempatnya di samping lapangan, pemain dan pelatih Indonesia Selection yang langsung melakukan pemanasan, kiper dan kiper cadangan beserta pelatih kiper yang langsung melakukan pemanasan di gawang dekat tempat duduk kami. Baru paling terakhir, muncullah para pemain Inter Milan yang langsung disambut dengan gegap gempita oleh seluruh penonton.

Para Kiper dan Pelatih Kiper Inter Milan sedang Melakukan Pemanasan

Para Pemain Inter Milan sedang Melakukan Pemanasan

Lebih 10 menit dari jadwal, yakni pukul 19.00 WIB (menurut jam tangan saya), pertandingan dibuka dengan munculnya gerombolan orang yang masuk ke lapangan sambil membawa gulungan kain raksasa. Wah... saya ingat, ini yang saya lihat sedang digulung ketika saya akan menukarkan tiket. Sampai di tengah lapangan, mereka pun langsung membuka gulungan tersebut yang ternyata merupakan bendera Inter Milan.  Lalu para pemain bersiap di salah satu sisi lapangan yang menghadap ke tribun utama. Para pejabat penting seperti Pimpinan PSSI dan Gubernur DKI Jakarta (yang mendapat sorakan penonton) lalu berjabat tangan dengan semua pemain lalu berfoto bersama (ahh.... enaknya jadi pejabat yah :P) Oh.. rupanya karena ini pertandingan antara klub dan timnas, tidak diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan negara. Yak... kick off  babak pertama dilakukan.

Acara Pembukaan Pertandingan

Starting Eleven
Di babak pertama ini, timnas Indonesia Selection banyak melakukan penyerangan. Para pemain Inter Milan cukup kewalahan. Akan tetapi, tidak satu pun membuahkan gol. Sebaliknya, Inter Milan yang awalnya seperti masih mempelajari lawan, justru semakin menguasai pertandingan. Hingga akhirnya menjelang babak pertama berakhir, Gol pertama berhasil dicetak oleh Inter Milan. Gemuruh penonton pun berteriak menyambut gol ini. Yang unik dari pertandingan ini adalah penonton menyemangati siapa pun yang menyerang gawang lawan. 

Jeda istirahat, para pemain kembali masuk ke ruang ganti. Sementara itu, para pengunjung banyak memanfaatkan waktu untuk ke toilet (seperti adik saya Indra) atau membeli makanan kecil yang dijajakan oleh beberapa penjual yang berkeliling tempat duduk penonton. 

Saya di Antara Para Internisti
Setelah istirahat usai, babak kedua dimulai. Wah... di babak kedua ini, timnas Indonesia Selection sepertinya sudah kehabisan tenaga. Permainan dikuasai penuh oleh Inter Milan. Dua gol tambahan pun tercipta di babak kedua ini. Selesai pertandingan, penonton masih ramai bersorak sorai, beberapa menyalakan kembang api besar hingga satu per satu keluar stadion. Kami pun keluar stadion tapi tidak langsung pulang, melainkan menunggu di luar, kali-kali aja dapat melihat pemain Inter Milan. Hampir sejam kami menunggu, pukul 10 malam, keluarlah bis yang membawa pemain. Tapi sayang, kami hanya melihat bis itu saja :D

Selesai Pertandingan

Bis yang Membawa Para Pemain Inter Milan dan Timnas Indonesia Selection
Yaa... begitulah pengalaman saya menyaksikan pertandingan sepak bola langsung di stadion besar. Cukup menyenangkan karena penontonnya tertib. Serunya menonton pertandingan langsung adalah suasana stadion yang semarak. Penonton bernyanyi, bersorak memberi dukungan, hingga membentuk gelombang tangan yang memutari seluruh bagian tempat duduk stadion selama beberapa kali. Khusus saya pribadi, senangnya bisa mewujudkan impian kecil yang sudah lama. 

Kamis, 14 Juni 2012

Singapore Trip : The End

Setelah dua target utama kami tercapai,yakni ke Merlion Park dan Universal Studio Singapore, maka agenda kami pada hari ketiga di Singapura hanyalah mencari oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Melihat kondisi keuangan kami yang sudah pas-pasan, maka kami bertujuan mencari tempat yang menjual beraneka ragam oleh-oleh dengan harga yang murah. Saya sempat sms teman saya, Aini, pagi hari sebelum berangkat. Menceritakan tujuan mana saja yang telah kami jelajahi dan menanyakan padanya tempat mencari oleh-oleh yang murah. Aini menyarankan saya ke Bugis Village.

Berhubung uang Dollar Singapura kami sudah pas-pasan, maka tujuan awal kami adalah mencari Money Changer di sekitar Orchard Rd untuk menukarkan selembar uang 50 Dollar Amerika punya mama. Sebelum berangkat, kami sarapan sebentar dengan menu biskuit :D Pagi itu kami berangkat dari penginapan sekitar jam 8. Setelah berjalan sekitar 500 meter, sampailah kami di Orchard Rd. Wah, toko-toko masih banyak yang tutup. Hingga di satu pusat pertokoan yang sederhana, ada satu toko yang menjual oleh-oleh yang sudah buka. Mirip seperti di dekat Mustafa Center, semua barang yang ditawarkan seharga S$ 10 untuk 3 buah barang. Di sini kami sempat membeli sedikit oleh-oleh. Kemudian, kami bertanya kepada pemilik toko tersebut letak money changer terdekat. Ternyata, di toko sebelahnya, ada money changer kecil.

Selesai menukar uang, kami langsung menuju Stasiun Somerset, menuju Bugis Village. Untuk menuju Bugis village, kami transit di Stasiun City Hall, lalu melanjutkan perjalanan ke Stasiun Bugis. Di atas stasiun Bugis, terdapat mal yakni Bugis Junction. Keluar dari Bugis Junction. Di seberangnya, kami menemukan semacam pasar sederhana dengan banyak toko yang menjual oleh-oleh. Di sanalah, kami membelikan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Macam-macam barang dijual di sini, mulai dari gantungan kunci, pajangan, kaos, asesoris, tas, dompet, sendal/sepatu... Macam-macamlah. Kami mencari yang unik-unik sebagai oleh-oleh. Yang menyenangkannya, di sini terdapat money changer yang menerima Rupiah untuk ditukarkan ke Dollar Singapura. 

Bugis Junction
Kami berputar-putar hingga tengah hari. Wah, perut mulai lapar, maka kami kembali ke Bugis Junction, mencari tempat makan. Di salah satu tembok, ada tulisan menginformasikan ada yang menjual nasi Padang di lantai 3, maka kami langsung ke sana. Ternyata di lantai itu, terdapat food court. Ada beragam makan makanan dijual di sana. Kami menemukan yang menjual nasi padang di salah satu kios sederhana di sana. Menunya lumayan mirip seperti di RM Padang di Jakarta. Wah... akhirnya kami bisa makan kenyang. Harganya sekitar S$ 20 untuk nasi, 2 jenis lauk, dan 1 jenis sayuran. Selesai makan, kami pulang. Uang kami sudah habis, yang tersisa adalah untuk ongkos taksi ke bandara dan jaga-jaga kalau ternyata pajak bandara tidak termasuk di tiket ke Jakarta.

Pulang dengan cara yang sama ketika berangkat. Karena masih ada beberapa Dollar Singapura (selain untuk ongkos taksi dan pajak bandara), kami sempat mampir di sebuah kedai yang menjual minuman ber-bubble dengan aneka rasa, yaitu Gong Cha di Orchard Rd. Kami menikmati minuman kami, sambil duduk di salah satu halte di Orchard Rd. Setelah itu, walaupun hari sebenarnya baru jam 2 siang, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, menghabiskan hari dengan istirahat di hotel, menonton TV, menikmati wi-fi di penginapan (di hari terakhir, Iphone saya baru dapat sinyal wifi dari kamar, dengan password yang tebak-tebak sendiri, eh ternyata nama hotelnya). Untuk makan malam, kami menghabiskan stok pop mie yang kami bawa dari jakarta. 

Seperti yang pernah saya sebutkan di salah satu cerita saya sebelumnya, TV yang ada di kamar hanya terdiri dari satu TV lokal Singapura. Saya perhatikan sebagian besar isinya merupakan import dari acara luar negeri, mirip TV berbayar di Indonesia. Iklannya pun tidak banyak. Iklan yang paling saya ingat adalah iklan pemberi semangat kepada kontingen Singapura yang akan bertanding di Olimpiade London 2012 nanti. Kenapa? Karena mereka sangat bersemangat dan antusias terhadap perhelatan olah raga multicabang terbesar di dunia ini sudah dari jauh-jauh hari, bandingkan dengan TV lokal di Indonesia yang tidak ada sama sekali pemberitaan mengenai persiapan kontingen Indonesia untuk Olimpiade London 2012. Jangankan pemberitaan, iklan pun seperti yang saya lihat di TV lokal Singapura itu, tidak ada. Saya sempat melihat acara berita TV tersebut, isinya sebagian besar berita luar negeri. Berita dalam negeri hanya sedikit dan itu pun tidak mengarah ke ranah politik sama sekali. Memang... Bisa jadi TV lokal yang saya saksikan ini TV hiburan, bukan TV berita. 

Ya begitulah Singapura yang saya lihat, negara kota yang ke mana-mana serba cepat, dengan transportasi massal yang canggih dan bersih. Trotoar untuk pejalan kaki nyaman. Mobil yang lalu lalang tidak terlalu ramai karena sebagian besar penduduknya naik transportasi umum. Kami sangat jarang melihat motor, bahkan seingat kami tidak melihat motor yang sedang berjalan di jalan umum, yang kami lihat hanya yang terparkir di parkiran apartemen sederhana di dekat penginapan kami. Keamanan pun terjamin. Semua serba tertib dan teratur. Mudah-mudahan Jakarta bisa seperti ini suatu saat nanti.....

Besok paginya sekitar jam 05.45, kami check out dari hotel. Dengan bantuan resepsionis penginapan, kami minta dipanggilkan taksi. Tidak sampai 5 menit, taksi kami tiba di depan penginapan. Waktu itu masih gelap di Singapura. Sekitar 30 menit kami sampai di bandara. Biaya naik taksi sekitar S$ 23. Dengan penerbangan Air Asia, kami kembali ke Jakarta. Ternyata pajak bandara sudah termasuk di tiket, jadi kami tidak perlu bayar lagi. Berangkat tepat waktu jam 08.30 waktu Singapura, sampai di Jakarta jam 09.20. Saya langsung ke kantor, sementara mama setelah menge-drop saya ke kantor, pulang bersama papa yang menjemput kami di Terminal 3 Bandara International Soekarno Hatta.

Pesawat ini Membawa Kami Pulang ke Jakarta
Yaa... demikianlah perjalanan saya dan mama di Singapura. Sampainya kami di Jakarta, menandai akhir liburan panjang saya dan mama dengan rute CGK-PDG-CGK dan CGK-SIN-CGK. Liburan ini selain sebagai sarana refreshing juga menambah pengetahuan kami. Ahh... rasanya ingin kembali liburan... Mudah-mudahan nanti ada dana, waktu yang tepat serta badan dalam kondisi sehat.

Rabu, 13 Juni 2012

Singapore Trip : A Day in Universal Studio Singapore #2

Setelah makan siang, tenaga kami kembali terkumpul untuk lanjut mengelilingi Universal Studio Singapore. Keluar dari Discovery Food Court, kami disambut oleh patung replika 2 dinasaurus. Langsung saya minta tolong mama memfoto saya bersama mereka. 

Welcome to Jurassic Park
Selanjutnya kami melihat ada wahana semacam arum jeram di kawasan ini. Setelah mengamat-amati, kami mencari pintu masuknya, lalu mulailah kami ikut antrian. Pada saat mulai mengantri, kami melihat para pengunjung banyak yang bersiap mengenakan wet coat. Wah, khawatir baju kami bakal basah semua, padahal kami tidak membawa baju ganti, saya langsung keluar antrian untuk bertanya kepada petugas yang terdapat di depan pintu masuk, di mana bisa mendapatkan wet coat tersebut. Ternyata, tidak jauh dari pintu masuk, dijual wet coat itu. Harganya cukup mahal juga, S$ 3 untuk 1 buah wet coat ukuran orang dewasa. Setiap pembelian 1 buah ukuran dewasa, akan dapat gratis 1 buah untuk anak-anak. Akan tetapi, karena kami berdua memerlukan ukuran orang dewasa, maka kami membeli 2 buah ukuran dewasa, dengan yang ukuran anak-anak kami simpan (bahkan dibawa sampai Jakarta untuk kenang-kenangan) :P

Saya di Antara Tulang Belulang Dinosaurus :P
Nama wahana arum jeram ini adalah "Jurassic Park Rapids Adventure". Penjelasan pada Studio Guide : "enjoy a thrilling river raft ride through primeval dinosaur habitats where you will get wet and possibly soaked".

Jurassic Park Rapids Adventure

Antrian sudah sangat panjang. Bagusnya di setiap wahana di USSR ini, di dekat pintu masuk, diinformasikan waktu perkiraan mengantri sehingga setiap pengunjung dapat memprediksi lamanya mengantri dan membantu dalam memutuskan akan naik wahana tersebut atau tidak. Perkiraan waktu mengantri untuk arum jeram ini sekitar 1 jam dan memang benar, setelah 1 jam kami mengantri, tibalah giliran kami naik. Oh iya, ternyata di antara barisan antrian, terdapat mesin yang menjual wet coat, jadi kita dapat membelinya dengan memasukkan koin di mesin ini. Saya dan mama termasuk beruntung karena kami hanya berdua. Jadi untuk satu perahu pada arum jeram ini dapat diisi oleh 6 orang. Nah, kebetulan ada satu perahu yang sudah berisi 4 orang, sehingga tersisa 2 orang. Yang mengantri di depan kami kebetulan satu keluarga yang lebih dari 2 orang. Jadi ketika petugas di sana mencari 2 orang tambahan, saya langsung mengacung, dan kami dapat melewati antrian di depan untuk langsung masuk ke perahu. 

Kami sudah mengenakan wet coat kami ketika masuk ke perahu. Tas pun kami masukkan ke dalamnya. Perahu diluncurkan. Mirip seperti arum jeram di Dufan, hanya saja suasana sekitarnya adalah Taman Jurassic dengan di kanan kiri terdapat dinosaurus. Ada yang tiba-tiba muncul dari air, ada yang bergerak-gerak, ada yang mengeluarkan air dari mulutnya... Macam-macamlah dengan suara-suaranya. Banyak juga terdapat air terjun mini. Lalu kami masuk ke dalam gua. Ternyata di sana terdapat banyak dinosaurus. Ada suara-suara orang seperti di film The Lost World, sepertinya mengesankan kami sedang terjebak di antara dinosaurus yang akan menerkam kami dan mereka sedang berusaha menyelamatkan kami. Tiba-tiba perahu kami terhenti dan mentok di sebuah tembok. Setelah sekian lama berhenti, ternyata tembok di depan kami itu adalah lift. Pintu lift terbuka. Perahu kami masuk ke dalamnya dan tiba-tiba pintu lift tertutup. Dari atas, ditembakkan cahaya lampu sorot mengarah ke kami. Lift perlahan naik. Ternyata di atasnya ada kepala T-Rex siap menerkam kami. Kemudian, tidak lama setelah itu, perahu kami tiba-tiba terhempas keluar. Sisi lain pintu lift terbuka dan... Byurrr.... kami semua langsung basah. Nah foto di atas itu, bagian setelah kita keluar dari lift ini. Lalu kami kembali lagi ke tempat awal perjalanan ini dimulai. Wah... seru ternyata... terutama sensasi di bagian akhir. Untunglah kami memakai wet coat. Kalau tidak, akan basah kuyup. Wet coat ukuran dewasa yang kami pakai selanjutnya kami berikan ke pengunjung lain yang akan memasuki wahana ini. Kami memberikannya kepada orang Indonesia juga. 

Setelah arum jeram, saya bilang ke mama ingin naik wahana "Canopy Flyer", yang masih terdapat di kawasan The Lost World. Awalnya saya ajak mama tapi mama kali ini tidak berani dan lebih memilih menunggu dengan duduk-duduk di tempat-tempat duduk yang tersedia di dekat wahana ini. Apa itu "Canopy Flyer"? "Enjoy a prehistoric bird's-eye view as you soar over Jurassic Park". Nah kalo mau tau seperti apa, bisa dilihat di foto saya paling atas yang bersama 2 dinosaurus. Nah, di dekat tulisan "Jurassic Park" ada semacam rel-rel. Nah rel itulah yang saya lewati. Kendaraannya berupa dua pasang tempat duduk yang saling membelakangi yang tergantung di rel-rel tersebut. Nah... ketinggian inilah yang membuat mama saya kurang berani. 

Setelah antri selama hampir satu jam, tibalah giliran saya menaiki wahana ini. Di sebelah saya saat menaiki wahana ini adalah seorang bapak yang sudah cukup tua. Dari wajahnya sepertinya orang Indonesia dan entah mengapa saya merasa pernah lihatnya tapi entah di mana. Saya tidak bertanya pada bapak itu, saya cuek saja naik terus teriak-teriak selama menikmati wahana. Yaa... rasanya seperti terbang... Seruuu!!! Benar seperti penjelasan di studio guide. Saya merasa seperti burung purba yang terbang mengelilingi Taman Jurassic. Keluar dari wahana, saya mendatangi mama. Ternyata bapak yang di sebelah tadi mendatangi (sepertinya sih) istrinya yang duduk di sebelah mama. Eh... si mama kok pas lihat bapak itu, bisik-bisik ke saya " Itu Mantan Menteri Pertanian. Aduh mama lupa namanya". Yaa... mama saya pensiunan PNS Departemen Pertanian. Hingga kami meninggalkan bapak tersebut, mama belum dapat mengingat namanya. Jadi, kami hanya tersenyum saja pada Bapak itu dan dia dengan ramah membalasnya. Barulah setelah jauh meninggalkan Bapak itu mama ingat. Bapak itu adalah Bapak Anton Apriyantono, Menteri Pertanian pada Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2004-2009. Wah... jujur saya salut dengan bapak itu. Low profile sekali. Dia antri seperti pengunjung lain dan tersenyum pada orang yang senyum sama dia, ditambah saya salut juga dengan jiwa petualangannya mencoba wahana-wahana sedikit ekstrim.

Kami terus berjalan hingga memasuki kawasan Ancient Egypt. Kalau kawasan ini, temanya diambil dari film The Mummy Returns yang dibintangi oleh pegulat WWF, The Rock. Wah... rasanya seperti di Mesir. Disambut dengan patung-patung raksasa berbadan manusia dan berkepala anjing (duhh... kok kombinasinya jelek banget yah).

Kawasan Ancient Egypt
Nah di kawasan ini, wahana pertama yang kami naiki adalah " Treasure Hunters" : " Children can drive their own desert jeep through an abandoned Egyptian excavation site. Yaa... pengunjung wahana ini sebagian keluarga dengan anak-anak kecil. Ah... tapi kami kan ga mau rugi. Mau mencoba wahana apa saja yang memungkinkan khususnya yang bisa saya nikmati bersama mama. Pada wahana ini, pengunjung akan menaiki semacam mobil jeep yang berjalan di atas rel khusus melintasi situs purbakala di Mesir. Di kanan kiri awalnya dijumpai tiruan kudanil yang tiba-tiba muncul dari kolam lalu masuk lagi, tiruan ular-ular kobra, tiruan macan kumbang, tiruan buaya yang sedang berendam di sungai, semuanya lengkap dengan suara-suara tiruannya. Lalu melewati situs purbakala yang semuanya sudah dikerubungi oleh sangat banyak serangga semacam kecoa seperti di film The Mummy Returns. Yaa... semuanya itu ditempuh dalam waktu lebih kurang 10 menit.

Wahana "Treasure Hunters"
Selanjutnya saya ingin mencoba wahana "Revenge of the Mummy" : "Plunge into total darkness on this indoor roller coaster as you come face to face with warrior mummies and scarab beetles". Di pintu masuknya, petugas sudah berteriak-teriak "high speed roller coaster!". Jadi, kali ini hanya saya yang naik. Mama lagi-lagi menunggu. Tapi, kali ini mama tidak perlu menunggu saya terlalu lama. Kok bisa? Nah... karena saya sendiri, jadi saya dipersilahkan oleh petugas di pintu masuk untuk masuk di antrian single rider. Antrian ini ditujukan untuk pengunjung yang hanya sendiri saja. Keuntungan dari antrian ini, antrian lebih pendek dan kita dapat naik wahana jika misalkan dalam satu barisan, dari antrian biasa, yang umumnya berombongan, menyisakan satu tempat kosong. Nah, di sinilah para single rider masuk. Jadi, lebih cepat naik. 

Di depan Pintu Masuk Wahana "Revenge of The Mummy"

Wah... jujur saja... karena antriannya sepi, jalurnya panjang, sedikit gelap, dan di kanan kiri bernuansa situs purbakala Mesir, saya merasa agak merinding. Baru lega setelah bertemu pengunjung lain yang telah ramai berkumpul di ujung antrian. Tidak perlu antri, saya langsung dapat giliran naik karena ada satu kursi tersisa dalam satu baris. Yak.. saya duduk paling pinggir. Satu kereta terdiri dari 4 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 4 orang. Saya duduk di barisan kedua. Masuklah kami ke lorong gelap, lalu mulailah suara-suara menakutkan... Di kanan kiri terdapat mumi-mumi yang mengerikan. Lalu tiba-tiba kereta kami berjalan sangat cepat. Yaa... namanya juga roller coaster. Sempat perlahan tapi kemudian cepat lagi. Duh... di wahana ini, saya ngeri deh tapi bukan sama roller coasternya, suara-suara dan replika mumi itu loh, saya takut melihatnya. Rasanya seperti di rumah hantu tapi bedanya naiknya roller coaster. Akhirnya, saya banyak memejamkan mata. Ada sekitar 10 menit di dalam wahana ini. Saya langsung keluar mencari mama. 

Ketika saya bertemu dengan mama kembali, mama menyuruh saya untuk ikut mengantri untuk berfoto dengan orang-orang yang berdandan ala orang Mesir kuno seperti di film The Mummy Returns. Nah... ini salah satu bentuk pelayanan unik di USSR yang belum saya jumpai di taman bermain yang ada di Indonesia  yang saya tahu yaitu disediakan kesempatan untuk berfoto dengan karakter-karakter tokoh-tokoh atau badut. Tidak hanya disediakan badutnya saja, tapi ada petugas yang siap untuk mengambilkan foto kita. Jadi, jika pergi berombongan, semua bisa dapat difoto, dan jika pergi sendiri, kita dapat berfoto juga (tentunya selain dengan gaya bersusah payah dengan tangan sebelah memegang kamera). Semua ini gratis..tis..tis.. Dan... inilah beberapa foto saya dan mama selama di Universal Studio Singapore yang memanfaatkan pelayanan ini. 

Saya dan mama beserta tokoh-tokoh film The Mummy Returns

Salut sama 2 orang Penari ini (di Kawasan Sci-Fi City)

Berfoto sama Bumblebee, paling panjang antriannya... 

Akhirnya... Kesempatan berfoto bersama Po Kung Fu Panda

Bersama Karakter Film Woody Woodpecker 

Oh iya, kalau dilihat di peta, di USSR juga disediakan prayer room di kawasan Ancient Egypt. Akan tetapi, kami tidak menemukannya, akhirnya kami putuskan sholatnya nanti dijamak saja di penginapan :P

Selanjutnya, kami kembali memasuki Kawasan Sci-Fi City. Di sinilah saya uji adrenalin saya untuk terakhir kalinya yaitu dengan menaiki wahana "Battlestar Galactica : HUMAN" : "Zooming at speeds 82.8 km/h, this seated roller coaster narrowly avoids collisions as it twists, turns, and propels you over 14 storeys into the air". Yak...ini adalah roller coaster  super cepat. Eits.. tapi tunggu dulu... Ada 2 roller coaster super cepat di wahana ini. Akan tetapi, saya tidak naiki yang satunya, yaitu "Battlestar Galactica : CYLON" : "This suspended roller coaster goes up, around, and upside down with an intense corksrew and a cobra roll". Kedua wahana ini mempunyai pintu masuk dan jalur antrian terpisah, tapi... jalur tempat kereta super cepat ini lewat di satu tempat. Maksud saya, jalurnya di satu tempat, tapi terpisah, hanya saja antara satu jalur dengan yang lain saling bersilang-silang. 

The Blue Track : "Battlestar Galactica : CYLON", The Red Track : "Battlestar Galactica : HUMAN"
Sementara mama menunggu, saya masuk ke wahana Battlestar Galactica : HUMAN. Wah... di depan pintu masuk terpasang pengumuman antrian hanya 10 menit. Memang benar... antriannya hanya sebentar... Apalagi saya sendiri, di kereta yang sebarisnya terdiri dari 4 orang, pas ada satu baris yang baru terisi 3 orang, sayalah masuk untuk mencukupkan jadi 4. Wah... sejak awal berangkat, kereta sudah berjalan sangat cepat. Di jalur sebelahnya, kereta dari wahana Battlestar Galactica : CYLON pun berangkat. Keduanya seperti berpacu. Saya yang di bagian "HUMAN", rasanya whii... benar-benar memacu adrenalin. Kereta berpacu sangat cepat, tikungan-tikungan sangat tajam, juga naik dan turun. Saya dan 3 anak remaja bule yang sebaris dengan saya, berteriak-teriak sepanjang permainan... Semua berjalan sangat cepat dengan durasi sekitar 2 menit. Huffh.... Mantap deh...

Setelah turun dari wahana ini, saya kembali menghampiri mama. Mama mengajak kami menaiki wahana "Accelerator" : "Test your intergalactic stamina on this whirling twirling attraction". Ini merupakan wahana terakhir yang kami naiki. Wahana ini mirip wahana pontang panting di Dufan. Pengunjung masuk ke kendaraan kecil yang maksimal terdiri dari 4 orang tapi karena wahana ini sepi, sebagian besar kendaraan hanya terisi 2 orang. Lalu kendaraan kami diputar-putar secara horisontal dengan kecepatan cukup tinggi. Lumayan lah...

Banner "Sci-Fi City" from LEDs
Total saya naik 10 wahana, sementara mama naik 7 wahana. Setelah melewati kawasan Sci-Fi City, kami kembali memasuki kawasan Hollywood dan New York. Di sini, kami sempat keluar masuk beberapa toko merchandise. Wah.. lucu-lucu... tapi mahal. Akhirnya sekitar jam 16.30 sore, kami meninggalkan Universal Studio Singapore. Di pintu keluar, kami ditanya oleh petugas "Coming Back?"... Kami jawab "No". Rupanya, pengunjung dapat keluar sebentar dari Universal Studio, lalu masuk lagi pada hari yang sama, asalkan pada saat keluar dibubuhkan cap di tangannya. 

Salah satu merchandise unik : Replika Piala Oscar

Pertunjukkan di Kawasan Hollywood

Big Yellow "New York" Taxi
Kami menempuh perjalanan pulang sama seperti ketika berangkat. Di stasiun Somerset, tempat kami turun, kami sempat mampir ke KFC yang ada di mal di atas stasiun. Awalnya, mau cari paket nasi ayam. Ternyata, tidak menjual nasi. Jadinya, kami beli paket kentang dan burger. Lanjut berjalan ke penginapan. Dan... akhirnya kami kembali beristirahat untuk besoknya kami menikmati hari terakhir kami berjalan-jalan di Singapura.

Bye...Bye... Universal Studio Singapore...


Minggu, 10 Juni 2012

Singapore Trip : A Day in Universal Studio Singapore #1

Hari kedua di Singapore, kami berangkat dari penginapan sekitar jam 8 pagi. Karena dari malam sampai paginya diare, mama masih lemas, tapi tetap semangat jalan. Sebelum berangkat, kami melunasi terlebih dahulu biaya hotel hingga kami check out  tanggal 21 Mei 2012. Penginapan ini cukup baik dan prasangka jelek kami pun sudah hilang. Terlebih setelah melihat ada sekelompok orang Indonesia yang juga menginap di sini. Seperti kemaren, sambil di jalan menuju stasiun, kami mampir di sevel untuk beli air mineral kemasan botol. Karena mama ingin minum teh hangat, kami pun mampir di sebuah gerai Kun Kaya Toast (kalau tidak salah ingat namanya) untuk sarapan minum teh hangat manis dan roti bakar yang terletak di mal di atas stasiun MRT Somerset. Setelah sarapan, kami langsung menuju Universal Studio Singapore. 

Dari Stasiun Somerset, tujuan kami adalah ke stasiun Harbour Front, dengan transit sekali di stasiun Dhobu Ghaut. Sampai di stasiun Harbour Front, kami naik ke lantai teratas dari Vivo City, yaitu mal yang terletak di atas stasiun Harbour Front. Dari lantai teratas Vivo City ini, kami naik sky train untuk menyebrang menuju Resort World Sentosa. Harga tiket sky train S$ 3 per orang untuk PP. Sekitar 5 menit naik sky train, kami turun di pemberhentian pertama sky train di Resort World Sentosa dan di sinilah terletak Universal Studio Singapore (USSR). Petunjuk arahnya sangat jelas untuk menuju USSR. 

Menuju USSR
Sekitar jam 9 pagi, kami sudah sampai di depan bola dunia yang terkenal itu, tentunya berfoto dengannya. 

Mama di depan USSR Globe
Pengunjung sudah ramai. Kami lalu menuju loket pembelian tiket yang cukup banyak sehingga kami tidak perlu mengantri. Karena kami datang hari Sabtu (saat weekend) harga tiket per orang dewasa S$ 74. USSR buka jam 10.00, tetapi antriannya sudah panjang sekali. Saat kami mengantri, ada Po (Kung Fu Panda) menghampiri pengunjung. Sayangnya kami di antrian bagian tengah sehingga tidak bisa ikut berfoto dengannya. 

Antrian Menunggu Pintu Masuk dibuka
The Ticket

Po Mendatangi Pengunjung yang Sedang Mengantri Menunggu Pintu Masuk Dibuka

Tidak sampai jam 10.00, pintu masuk dibuka. Pintu masuknya banyak sehingga tidak terlalu lama kami mengantri. Akhirnya kami masuk ke dalam USSR. Karena kami belum memegang "STUDIO GUIDE" atau peta USSR, maka kami mengikuti saja banyak pengunjung ke mana. Sambil berfoto dengan banyak obyek menarik seperti di film-film Hollywood di Kawasan Hollywood (ya..iya lah..)

Berpose di samping Mobil Polisi



Saya mendengar sekilas suara beberapa orang berlari-lari, yak... orang Indonesia... mereka bilang menuju ke wahana Transformers The Ride... Wah... ini salah satu wahana yang menjadi incaran saya. Tanpa ragu, saya langsung mengajak mama masuk. Apa itu wahana Transformers The Ride... Nah ini penjelasannya, saya kutip dari "STUDIO GUIDE" yang kemudian saya dapat di kawasan Madagascar.

"Transformers The Ride : The Ultimate 3D Battle, Join Optimus Prime and the AUTOBOTS as you become a freedom fighter in the ultimate 3D battle againts the forces of evil"

Pimtu Masuk Transformers The Ride

Berbagai Properti di Film Transformers
Ketika memasuki wahana ini, di jalur antrian, di kanan kirinya, dipajang beberapa properti dari film Transformers. Keren! Antrian belum begitu panjang dan kami tidak perlu menunggu lama untuk kemudian menaiki semacam kereta terdiri dari 4 baris dengan masing-masing baris terdiri dari 4 orang. Kami duduk di barisan paling belakang. Oiya, sebelum naik, kami sudah mengenakan kacamata 3D kami masing-masing yang dibagikan di pintu masuk wahana ini. Masuklah kami ke dalam suatu medan peperangan antara Autobots dan Decepticons. Kendaraan kami diombang-ambing, naik turun, kadang sangat cepat, kadang sedikit pelan. Kadang kami mendapat ancaman dari Megatron dkk tapi lalu diselamatkan oleh Optimus Prime dkk. Menabrak gedung-gedung, terbang di udara, menghindar dari peluru-peluru musuh. Hingga di bagian akhir, kendaraan kami dijatuhkan dari gedung bertingkat. Ketika kendaraan kami hampir menabrak jalan di bawah, kendaraan kami ditangkap oleh Bumblebee. Wah... rasanya benar-benar mendebarkan apalagi kami di barisan paling belakang. Saya sempat khawatir dengan mama. Alhamdulillah.. tidak apa-apa dan beliau cukup menikmati. Setelah sekitar 10 menit, akhirnya kendaraan kami kembali ke tempat awal kami berangkat. Sebelum keluar wahana, kami meletakkan kacamata 3D di tempat yang telah disediakan. Ternyata keluar wahana ini, pengunjung diarahkan ke ruang penjualan souvenir. Whuaa... unik-unik, souvenirnya tapi harganya lumayan tidak murah yah :p  Sebagian besar bertema Transformers. Kami membeli satu buah miniatur bola dunia seperti di depan pintu masuk USSR. Harganya sekitar S$21. Keluar dari wahana Transformers, saya sempat berfoto dengan salah satu patung robot dan mobil Chevrolet Camaro Bumblebee.

Ada yang tau namanya robot ini? Optimus Prime bukan sih?

Sambil berkhayal... Suatu Saat Nanti Punya Mobil Model Begini... Amiiinnn :D
Selanjutnya kami berjalan menuju kawasan Madagascar. Oiya, kawasan tempat wahana Transformers tadi adalah kawasan Sci-Fi City. Di Kawasan Sci-Fi City ada 3 wahana lain yaitu 2 buah roller coaster supercepat dan sebuah wahana accelerator. Akan tetapi, karena jantung masih berdebar-debar selepas naik wahana Transformers, kami memutuskan mencari wahana yang rileks dahulu. Biar yang ini, nanti paling terakhir saja. Maka masuklah kami ke kawasan Madagascar. Yup... nuansanya seperti di film Madagascar. Di sinilah kami mendapatkan Studio Guide dari seorang petugas yang berdiri membagi-bagikannya di salah satu wahana.

Di Madagascar ini kami naik wahana "King Juliens's Beach Party-Go-Round". Penjelasan pada studio guide: "Ride this crazy carousel with King Julien, the Lemurs and more of your favourite Madagascar characters". Jadi, intinya berupa komidi putar yang terdiri dari karakter-katakter dari film Madagascar. Agak konyol sih rasanya naik ini, yang dominan dinaiki oleh anak-anak, tapi gapapa lah buat rileks. 

wahana "King Juliens's Beach Party-Go-Round"

Selesai naik komidi putar itu, wah... ada keramaian di luar. Ternyata sedang ada pertunjukkan badut-badut karakter film Madagascar sedang berjoged-joged diiringi lagu "I like to move it" yang merupakan OST film Madagascar. Ah... mereka begitu menggemaskan.

I Like to Move it...Move it..
Lanjut kami berjalan memasuki kawasan Far Far Away. Yup...kawasan ini terinspirasi dari film Shrek. Di sini, wahana pertama yang kami naiki adalah "Enchanter Airways". Penjelasan pada studio guide yaitu "Climb aboard this junior roller coaster for a flight over Far Far Away". Karena berupa roller coaster, saya bertanya sama mama, mau ikut naik atau tidak. Setelah melihat roller coaster nya tidak ada jungkir baliknya. Mama mau ikut. Wah.... ternyata antrian sudah mulai padat. Maklum hari sudah semakin siang, jadi pengunjung makin ramai. Setelah sekitar 30 menit antri, kami dapat giliran. Dan... meluncurlah kami dengan kecepatan yang cukup tinggi. Wah ternyata tidak bisa disepelekan roller coaster yang satu ini. Jauh lebih cepat dari roller coaster mini yang ada di Dufan Jakarta. Ketika tikungan tajam, lumayan dibuat mendebarkan jantung kita. Seru!!... Saya dan mama menikmati wahana roller coaster yang lamanya sekitar 3 menit ini. 

Selanjutnya, masih di kawasan Far Far Away. Kami masuk ke wahana "Shrek 4-D Adventure" : "see, hear, and FEEL the action right from your seat as you join Princess Fiona & Shrek in a fairytale adventure". Kami berada di kawasan ini pada waktu yang tepat yaitu saat pertunjukkan akan dimulai sehingga tidak lama mengantri langsung masuk. Awalnya sempat bingung dengan wahana ini karena setelah kami masuk, melewati antrian lalu dibagikan kacamata 3-D, seluruh pengunjung yang jumlahnya lebih dari 100 orang dikumpulkan di satu ruangan besar yang gelap. Di ruangan itu, ada seorang petugas yang menceritakan awal dari kisah Shrek. Selain itu, terdapat 4 buah kotak tergantung yang berisi karakter kartun, salah satunya pinokio. Sepertinya mereka sedang disekap. Petugas itu meminta kami untuk tidak memakai kacamata 3-D terlebih dahulu dan mengatakan pengunjung baru dapat menggunakannya bila sudah masuk ke ruangan pertunjukkan yang pintunya di belakang petugas tersebut. Tidak lama di sudut depan kanan dan kiri ruangan, muncul layar berbentuk cermin lonjong. Nah di situlah ditampilkan cuplikan Film Shrek 1. Ada sekitar 30 menit kami berada di ruangan itu. 

Bagian Awal di Wahana Shrek 4-D Adventure

Saya dan Mama di Dalam Gedung Pertunjukkan
Selesai cuplikan Film Shrek 1, kami masuk ke ruangan pertunjukkan yang berisi ratusan kursi berwarna merah seperti kursi di bioskop dan sudah terpampang layar merah di depannya. Setelah semua pengunjung masuk, dimulailah pertunjukkan. Kursi kami perlahan dinaikkan. Dan... mulailah film Shrek (yang ke-2 sepertinya... saya tidak tahu karena saya belum pernah nonton Shrek 2... hehe)... Di sini diceritakan Putri Fiona diculik oleh arwah Pangeran yang tidak jadi dinikahinya. Shrek dan keledai temannya berusaha menyelamatkannya. Buat saya, ini pengalaman pertama saya menyaksikan tayangan 4-D. Cukup seru dan mengasyikan. Kami terkena percikan air dan kursi turut bergoyang disesuaikan dengan kejadian pada film. Selain itu, tokoh-tokohnya serasa sangat nyata dan dekat. Pertunjukkan berlangsung sekitar 40 menit. Keluar ruangan pertunjukkan, (lagi-lagi) kami diarahkan ke tempat penjualan souvenir. Kali ini sebagian besar souvenir bertema film Shrek. Kami tidak membeli apa-apa di sini.

Selanjutnya waktu sudah pukul 11.30 siang, maka kami putuskan makan siang. Kami makan siang di Discovery Food Court yang berada di Kawasan The Lost World. Yup... sesuai dengan namanya, kawasan ini terinspirasi dari film The Lost World. Yang saya sukai dari USSR ini adalah hampir semua restorannya memasang logo Halal dari Majelis Ulama Singapura. Jadi, bisa tenang makan di sini. Penjelasan "Discovery Food Court" pada studio guide: "Features Singapore's "must try" favourite local dishes, desserts and drinks in a Jurassic setting". Tadinya kami mau memesan ayam penyet khas Indonesia, tapi rupanya belum tersedia. Jadinya, kami memesan menu yang saat itu ada yaitu set nasi dengan irisan ayam dan sayur tumis toge plus bubur kacang ijo. Agak mengejutkan tambahan bubur kacang ijo ini. Awalnya kami mengira ini kuah kaldu berwarna keruh. Ketika menyendoknya, barulah terlihat butir-butir kacang ijo. Harga 2 porsi menu ini plus satu botol air mineral yaitu S$23. Mahal yah tapi rasanya standar banget. Meskipun demikian tetap saya makan sehingga hampir 3/4 porsi habis. 

Menu Makan Siang Kami... Nah yang di Mangkok itu Bubur Kacang Ijo
Yang unik dari restoran ini adalah di dalamnya terdapat replika kerangka T-Rex dan Pterodactyl. Selesai makan siang kami melanjutkan petualangan kami di USSR. 

Kerangka T-Rex di Dalam Discovery Food Court

Kerangka Pterodactyl di Dalam Discovery Food Court

Untuk petualangan setelah makan siang, saya akan ceritakan di cerita berikutnya.