Sepak bola merupakan olahraga yang (mungkin) paling digemari di muka bumi ini. Tidak hanya terbatas para pria saja yang menggemarinya, belakangan jumlah penggemar olahraga ini dari kalangan wanita semakin bertambah banyak. Ada yang gemar memainkannya. Ada yang gemar menyaksikan pertandingannya. Ada pula yang gemar keduanya. Bahkan di negara-negara Eropa, seperti Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, sepak bola telah menjadi suatu industri besar.
Saya termasuk orang yang cukup gemar menyaksikan pertandingan sepak bola. Dipengaruhi oleh ayah saya yang gemar menyaksikan pertandingan liga maupun kejuaraan antar negara di televisi. Saya ingat waktu kecil sempat ikut menyaksikan pertandingan final sepak bola Piala Dunia tahun 1994, Brasil vs Italia, yang kemudian dimenangkan oleh Brasil. Waktu itu memang tidak penuh menyaksikan pertandingan dari awal sampai akhir karena pertandingannya lewat tengah malam, tapi saya ikut tertidur di depan televisi ketika pertandingan itu berlangsung dan sempat sesekali terbangun. Ketika kelas 2 SMA, saya gemar sekali menyaksikan Liga Italia. Bahkan waktu itu punya klub sepak bola favorit, yaitu Lazio. Sempat punya sedikit pernak-pernik kecil Lazio seperti pin dan gantungan kunci. Alasan saya waktu itu menggemari klub ini adalah klub ini sedang dalam masa keemasannya setelah berpuluh-puluh tahun hanya menjadi tim kelas dua di Liga Italia di bawah bayang-bayang klub lain seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan. Baru satu kali menjadi Juara Liga Italia sejak hampir satu abad berdiri. Saya rasanya sudah bosan dengan klub yang itu-itu saja yang menjadi juara. Saya pun ikut deg-degan ketika menyaksikan pertandingan terakhir di Liga Italia periode 1999-2000 yang menjadi penentu Juara saat itu. Lazio harus menang dan lawan terdekatnya yang saat itu memimpin puncak klasemen sementara, Juventus, harus kalah. Dan akhirnya, Lazio menang, sementara Juventus kalah. Dengan demikian, Lazio menjadi juara Liga Italia 1999-2000.
Selepas SMA, kesibukan saya kuliah dan sempat berpindah-pindahnya stasiun TV yang menayangkan Liga Italia di Indonesia, menyebabkan saya tidak begitu mengikutinya. Lazio sudah tidak menjadi klub sepak bola favorit saya atau pun klub sepak bola lainnya. Sesekali saya menyaksikan pertandingan sepak bola di televisi jika pertandingan itu antara klub-klub hebat, pertandingan Piala Dunia atau Piala Eropa, atau jika tim nasional Indonesia bertanding. Walaupun begitu, saya punya satu impian kecil yaitu menyaksikan pertandingan sepak bola profesional secara langsung di stadion sepak bola yang besar, maksud saya entah itu antar klub sepak bola profesional atau antar negara, yang pasti dimainkan oleh mereka yang memang profesinya adalah pemain sepak bola. Akan tetapi, impian ini urung saya wujudkan karena saya sering khawatir dengan keamanan pertandingan sepak bola di negeri ini. Kalau untuk ke Eropa sana, sepertinya dananya masih harus dipakai untuk hal lain yang lebih saya butuhkan.
Hal ini sangat berbeda dengan adik laki-laki saya, Indra. Sejak mungkin dia mengenal yang namanya sepak bola. Dia menjadi penggemar fanatik olah raga ini sampai sekarang. Tentu saja dia punya klub favorit yang tidak pernah berubah apapun yang terjadi terhadap klub itu, menang ataupun kalah, menjadi juara atau sekadar pecundang, siapapun yang menjadi pemain atau pelatihnya. Klub itu adalah F.C Internazionale atau yang lebih akrab disebut Inter Milan.
Mendengar berita Inter Milan akan datang ke Indonesia, tentunya menjadi kabar yang sangat menyenangkan baginya. Dia ingin menyaksikan pertandingan ini langsung di Gelora Bung Karno. Wah, saya merasa ini saat yang tepat untuk mewujudkan salah satu impian kecil saya. Kekhawatiran akan keamanan hanya sedikit karena selain ada Indra yang menemani saya juga karena ini pertandingan persahabatan, kemungkinan rusuhnya kecil. Maka, ketika Indra mengabarkan tiket pertandingan sudah mulai dijual di akhir bulan April 2012, kami pun langsung booking via rajakarcis.com. Akan tetapi, karena tidak melakukan pembayaran 24 jam setelah booking, pemesanan kami dinyatakan sudah expired walaupun status pemesanan di rajakarcis.com adalah waiting. Kemudian saya mencoba melakukan pemesanan kembali, tapi ternyata tidak bisa, selalu muncul pesan harus membayar dulu pesanan yang pertama yang sudah expired tadi, baru dapat memesan tiket kembali. Namun, ketika saya mencoba melakukan pembayaran via klikbca.com, tagihan pemesanan pertama sudah terhapus. Saya sudah beberapa kali menghubungi rajakarcis untuk menanyakan hal in tapi selalu sibuk. Akhirnya, kami sepakat Indra akan membeli tiket langsung di kantor rajakarcis di daerah Manggarai. Sebelum berangkat ke Padang, saya sudah menitipkan ini ke Indra.
Akan tetapi, karena Indra tidak dapat meninggalkan kantornya, hingga saya kembali dari Padang, tiket belum di tangan. Hingga suatu hari, tepat 2 minggu setelah pemesanan yang pertama, terkirim email notifikasi ke alamat email saya yang terdaftar di rajakarcis.com. Email tersebut berisikan pernyataan bahwa pemesanan kami sudah expired. Saya lalu mencoba mem-booking lagi tiga tiket kelas 2 untuk pertandingan F.C Inter vs Indonesia Selection tanggal 24 Mei 2012 di Gelora Bung Karno dan ternyata berhasil. Tidak menunggu lama, saya langsung mengabarkan Indra untuk memastikan dia belum membeli tiket ke kantor rajakarcis, dan setelah pasti dia belum beli, langsung saya bayar. Setelah bayar, voucher dicetak dan pada H-2 sebelum pertandingan, tiket ini ditukarkan.
 |
Voucher yang akan ditukar dengan Tiket |
Penukaran tiket dilakukan di Gelora Bung Karno. Pihak penyelenggara pertandingan mendirikan stand untuk penukaran tiket yang terletak di luar stadion. Saya menyempatkan menukarkan tiket pada jam istirahat siang. Kebetulan kantor saya cukup dekat dengan Gelora Bung Karno. Saya sempat melihat persiapan yang dilakukan panitia untuk pertandingan ini, baliho-baliho sudah mulai terpasang. Ada kerumunan supporter Inter yang sedang menggulung (sepertinya) bendera Inter raksasa. Syukurlah, tidak ada antrian saat penukaran tiket. Malah terbilang sepi.
 |
Para Internisti (Supporter Inter Milan) sedang Menggulung Bendera Raksasa |
 |
Tempat Penukaran Tiket |
Setelah tiket di tangan, persiapan selanjutnya adalah kostum. Saya minta tolong Indra untuk membelikan kostum Inter Milan. Dia lalu memesankannya ke kios penjual baju bola di depan rumah kami, yang salah satu anak pemiliknya adalah teman Indra waktu sekolah dulu.
Tanggal 24 Mei 2012, jatuh pada hari Kamis. Paginya, Saya berangkat ke kantor seperti biasa. Pagi itu, kostum belum tersedia. Teman Indra berjanji siangnya, kostum ada karena baru pulang dari membelinya di penjual grosir. Indra sendiri ternyata bolos kerja hari itu. Saya janjian bertemu Indra di kantor saya jam 4 sore. Rencananya, Indra dan pacarnya akan berangkat naik motor ke kantor saya, lalu menumpang parkir di kantor saya, dan kami bertiga naik Trans Jakarta ke Gelora Bung Karno. Saat ke kantor saya itulah, Indra akan membawa kostum Inter Milan untuk saya dan saya akan berganti baju di kamar mandi kantor.
Hingga pukul 4 sore, Indra belum muncul. Saya coba telepon tapi tidak diangkat. Saya tanya ke mama, Indra sudah berangkat. Akhirnya setengah jam kemudian dia muncul. Saya menitipkan motor Indra ke salah seorang satpam di kantor saya. Setelah mendapat kostum Inter Milan dari Indra, saya langsung ke kamar mandi untuk bertukar kostum. Supaya orang-orang kantor tidak heboh, sengaja saya menutupinya dengan jaket. Selama saya berganti kostum dan bersiap pulang, Indra menunggu di depan kantor saya bersama pacarnya. Setelah selesai ganti kostum, saya kembali ke ruangan membereskan barang-barang saya dan langsung pamit pulang.
Tentunya saya tidak benar-benar pulang, saya, Indra dan pacarnya, langsung menuju Gelora Bung Karno dengan menaiki Trans Jakarta. Karena panas, di halte Trans Jakarta, saya membuka jaket saya. Saya menggunakan kostum Inter berwarna merah. Kata Indra ini adalah kostum terbaru Inter, mulai dipakai musim depan. Sementara itu, Indra menggunakan kostum Inter berwarna putih, yang merupakan kostum kedua Inter setelah kostum utamanya yang garis hitam-biru tua. Pacar Indra sendiri hanya menggunakan baju biasa.
Sampai di Gelora Bung Karno, ternyata sudah ramai pengunjung yang sebagian besar menggunakan kostum Inter hitam-biru tua. Di lingkungan stadion, banyak sekali pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai pernak pernik Inter seperti kaos dan poster. Kami sempat ditawari tiket oleh beberapa orang calo. Wah... rupanya masih ada yah percaloan. Kurang dari jam 6 sore, datanglah bis yang mengangkut para pemain Inter dan Indonesia Selection. Wah... semua pengunjung berusaha melihat ke sana walaupun tidak dapat mendekat karena sudah dibatasi pagar dengan jarak yang jauh. Kami juga berusaha melihat, tapi tetap saja yang terlihat hanya bis dan mobil-mobil lain yang mengawalnya.
Tiket kelas 2 itu duduknya di belakang salah satu gawang. Di tiket tertulis, kami masuk dari Pintu IX Sektor 18. Letaknya paling dekat dengan pintu masuk pejalan kaki yang ada di dekat halte Gelora Bung Karno Trans Jakarta. Saat datang kami melihat Pintu IX Sektor 18 masih terkunci. Berbeda dengan Pintu IX Sektor yang di sebelahnya (saya lupa 17 atau 19 yah :P) yang sudah banyak pengunjung antri untuk masuk. Wah... ternyata untuk Pintu IX, pintu masuknya hanya di satu sektor itu saja, maka kami ikut mengantri. Antrian cukup tertib. Mereka sangat
respect kepada saya yang wanita, buktinya mereka mempersilahkan saya maju masuk antrian duluan dan cukup menjaga jarak, tidak berdesak-desakan. Untuk masuk ke stadion, kami menunjukkan karcis, kemudian oleh petugas, karcis kami di-scan dengan semacam alat pembaca barcode. Satu per satu pengunjung diperiksa barang bawaannya. Jika membawa air minum, maka harus menyerahkan pada petugas sebelum masuk stadion. Sekitar pukul 6 sore, kami sudah di dalam stadion Gelora Bung Karno. Ternyata... di dalam stadion, terdapat penjual minuman keliling. Wah, jadi tidak paham dengan tujuan dari diambilnya minuman kami dalam botol tadi.
 |
Tiket |
 |
Saya di depan Pintu IX Sektor 18 berkostum Inter Milan |
 |
Di dalam Stadion |
Wow... Besar sekali stadion Gelora Bung Karno ini. Ternyata, jarak antara tempat duduk penonton dengan lapangan, cukup jauh, setidaknya lebih jauh daripada yang saya perkirakan sebelumnya. Di dalam stadion, sudah ramai gemuruh penonton padahal penonton yang menyaksikan pertandingan malam itu hanya memenuhi sekitar sepertiga kapasitas tempat duduk yang tersedia. Khusus untuk Tiket kelas 2, yakni di kedua belakang gawang, sudah penuh penonton, berbeda dengan bagian lainnya. Sekitar setengah jam sebelum pertandingan dimulai, muncul mendekat ke arah penonton, rombongan pemilik Inter Milan (kata adik saya, salah seorangnya adalah istri Massimo Moratti, pemilik Inter Milan). Setelah mereka masuk ke tempat awal, muncul berturut-turut pelatih Inter yang langsung duduk di tempatnya di samping lapangan, pemain dan pelatih Indonesia Selection yang langsung melakukan pemanasan, kiper dan kiper cadangan beserta pelatih kiper yang langsung melakukan pemanasan di gawang dekat tempat duduk kami. Baru paling terakhir, muncullah para pemain Inter Milan yang langsung disambut dengan gegap gempita oleh seluruh penonton.
 |
Para Kiper dan Pelatih Kiper Inter Milan sedang Melakukan Pemanasan |
 |
Para Pemain Inter Milan sedang Melakukan Pemanasan |
Lebih 10 menit dari jadwal, yakni pukul 19.00 WIB (menurut jam tangan saya), pertandingan dibuka dengan munculnya gerombolan orang yang masuk ke lapangan sambil membawa gulungan kain raksasa. Wah... saya ingat, ini yang saya lihat sedang digulung ketika saya akan menukarkan tiket. Sampai di tengah lapangan, mereka pun langsung membuka gulungan tersebut yang ternyata merupakan bendera Inter Milan. Lalu para pemain bersiap di salah satu sisi lapangan yang menghadap ke tribun utama. Para pejabat penting seperti Pimpinan PSSI dan Gubernur DKI Jakarta (yang mendapat sorakan penonton) lalu berjabat tangan dengan semua pemain lalu berfoto bersama (ahh.... enaknya jadi pejabat yah :P) Oh.. rupanya karena ini pertandingan antara klub dan timnas, tidak diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan negara. Yak... kick off babak pertama dilakukan.
 |
Acara Pembukaan Pertandingan |
 |
Starting Eleven |
Di babak pertama ini, timnas Indonesia Selection banyak melakukan penyerangan. Para pemain Inter Milan cukup kewalahan. Akan tetapi, tidak satu pun membuahkan gol. Sebaliknya, Inter Milan yang awalnya seperti masih mempelajari lawan, justru semakin menguasai pertandingan. Hingga akhirnya menjelang babak pertama berakhir, Gol pertama berhasil dicetak oleh Inter Milan. Gemuruh penonton pun berteriak menyambut gol ini. Yang unik dari pertandingan ini adalah penonton menyemangati siapa pun yang menyerang gawang lawan.
Jeda istirahat, para pemain kembali masuk ke ruang ganti. Sementara itu, para pengunjung banyak memanfaatkan waktu untuk ke toilet (seperti adik saya Indra) atau membeli makanan kecil yang dijajakan oleh beberapa penjual yang berkeliling tempat duduk penonton.
 |
Saya di Antara Para Internisti |
Setelah istirahat usai, babak kedua dimulai. Wah... di babak kedua ini, timnas Indonesia Selection sepertinya sudah kehabisan tenaga. Permainan dikuasai penuh oleh Inter Milan. Dua gol tambahan pun tercipta di babak kedua ini. Selesai pertandingan, penonton masih ramai bersorak sorai, beberapa menyalakan kembang api besar hingga satu per satu keluar stadion. Kami pun keluar stadion tapi tidak langsung pulang, melainkan menunggu di luar, kali-kali aja dapat melihat pemain Inter Milan. Hampir sejam kami menunggu, pukul 10 malam, keluarlah bis yang membawa pemain. Tapi sayang, kami hanya melihat bis itu saja :D
 |
Selesai Pertandingan |
 |
Bis yang Membawa Para Pemain Inter Milan dan Timnas Indonesia Selection |
Yaa... begitulah pengalaman saya menyaksikan pertandingan sepak bola langsung di stadion besar. Cukup menyenangkan karena penontonnya tertib. Serunya menonton pertandingan langsung adalah suasana stadion yang semarak. Penonton bernyanyi, bersorak memberi dukungan, hingga membentuk gelombang tangan yang memutari seluruh bagian tempat duduk stadion selama beberapa kali. Khusus saya pribadi, senangnya bisa mewujudkan impian kecil yang sudah lama.