Hari ke-3 di Makassar, kami awali dengan mengemasi barang-barang kami untuk check out dan pindah hotel. Tidak lama selesai sarapan, Pak Yusuf beserta stafnya yang menjadi pengemudi kami, Pak Bobby, datang menjemput kami. Pak Yusuf cukup kaget melihat kami membawa koper-koper kami. Yaa...kami ceritakan keadaan hotel Panakkukang ini dengan kamar sempit dan sumpek karena tidak ada jendela. Oleh karena itu, kami berniat pindah dan bilang sudah booking di hotel Penangmas. Eh, berikutnya giliran kami yang terkejut, ternyata menurut Pak Yusuf, hotel Penangmas pun tidak recommended. Kami pun bercerita sudah menghubungi banyak hotel lain dan semuanya fullbooked. Mendengar hal itu, Pak Yusuf menenangkan kami, beliau akan bantu kami cari hotel sepulang kami survey hari ini.
Rupanya pagi itu Pak Yusuf mengajak kami sarapan lagi sebelum melanjutkan perjalanan untuk mensurvey kegiatan Pembangunan Jembatan Batu Putih cs. Tempatnya tidak jauh dari hotel Panakkukang. Menunya yaitu Coto Makassar, makanan khas sini. Kata Pak Yusuf ini salah satu Coto Makassar yang terenak di Makassar, namanya Daeng Sirua. Menurut saya, memang enak. Coto Makassar ini bercirikan kuahnya yang keruh yang kaya rempah-rempah, pilihan dagingnya bisa daging saja atau campur jeroan, makannya lebih enak dengan buras, semacam lontong begitu. Walaupun perut sudah lumayan kenyang karena sudah sarapan di hotel tapi tidak sopan kalau menolak diajak makan, jadilah kami sarapan lagi. Duh...maaf ga ada foto, malu euy kelihatan foto-foto makanan :P
Selesai sarapan, kami langsung melanjutkan perjalanan kami bersama Pak Yusuf dan Pak Bobby. Dari Makassar, kami melewati kabupaten Maros, sama seperti perjalanan kami hari pertama ke Proyek Pembangunan Bendung Gerak Tempe. Bedanya di tengah kota Maros, ketika jalan utama bercabang dua, jika ke arah Bantimurung belok kanan, kali ini kami belok kiri. Oiya, awalnya kami kira kegiatan Pembangunan Jembatan Baru Putih cs ini hanya melibatkan satu jembatan besar karena anggarannya pun terbilang cukup besar. Kami kurang memperhatikan ada "cs" di nama kegiatan ini. Nyatanya ada 11 jembatan berukuran sedang yang letaknya menyebar untuk menyambungkan jalan lintas barat Sulawesi ketika melalui sungai. Jadi, terkait pelebaran jalan, maka jembatan-jembatan tersebut pun di-"perlebar" dalam artian dibuat satu lagi jembatan di sisi yang telah ada sehingga nanti satu jembatan untuk satu arah *maaf yah kalau agak ribet penjelasannya, semoga dapat dipahami...hehehe*. Oiya, yang unik dari jembatan-jembatan ini adalah warna dari tiang-tiangnya. Satu jembatan punya satu warna yang berbeda dengan jembatan lain. Pilihan warnanya pun cukup menarik karena warna-warna cerah.
Yang ini berwarna hijau |
Yang ini masih underconstruction |
Truk terbalik |
Wah... ternyata capek juga ey. Setiap sampai di satu jembatan, turun mobil, ambil video dan foto tracking sambil berjalan kaki sepanjang jembatan tersebut, naik mobil lagi...begitu seterusnya hingga 11 jembatan. Sempat kami beristirahat sekali di sebuah rumah makan di tepi jalan menikmati es kelapa muda. Nah...yang enak dari survey kali ini, kami dapat menikmati pemandangan pantai barat Sulawesi di hampir sepanjang jalan perjalanan kami. Rumah makan pun terletak di tepi pantai di atas laut.
Mejeng sebentar ketika istirahat di salah satu Rumah Makan |
Akhirnya hari sudah senja ketika kami selesai mensurvey jembatan terakhir. Perjalanan dilanjutkan hingga ke kota Pare Pare. Pak Yusuf sekalian ada perlu untuk membeli sesuatu di sini. Pare Pare yang terkenal sebagai tanah kelahiran Presiden ke-3 RI Bapak BJ Habibie, merupakan salah satu kota pelabuhan penting di Sulawesi Selatan. Di sini banyak kapal-kapal baik dari dalam maupun luar negeri yang membawa komoditas perdagangan. Kalau dari cerita Pak Yusuf, banyak barang-barang dari Malaysia masuk ke sini. Oleh karena itu, Pare Pare juga merupakan tempat favorit warga Sulawesi Selatan untuk berbelanja. Di sini, Pak Yusuf mampir ke salah satu toko di sebuah kompleks pertokoan di kota Pare Pare. Nama tokonya Carlos. Saya dan Wulan pun ikut turun untuk melihat-lihat. Ya..benar saja, toko ini menjual barang seperti tas, sepatu, jam tangan, parfum, serta asesoris lainnya. Mengingatkan saya akan kompleks pertokoan Nagoya di Batam. Awalnya Wulan iseng-iseng menawar parfum. Wah...ternyata dapat Rp 100.000,- untuk 3 botol. Jadinya beli deh. Saya ikutan beli 1 botol yang jadinya seharga Rp 35.000,-. Sepenglihatan saya, Pak Yusuf beli tas besar. Saya sempat mampir ke toko persis di sebelah Toko Carlos ini, barang yang dijual serupa ditambah berbagai camilan seperti biskuit, coklat, milo yang diimpor dari Malaysia.
Setelah sekitar setengah jam di Toko Carlos, kami pun berbalik arah kembali ke Makassar. Nah... kami teringat bahwa saya dan Wulan belum mendapatkan hotel pengganti. Nah di sepanjang jalan menuju Makassar ini, kami menghubungi banyak hotel yang direkomendasikan Pak Yusuf dan semuanya penuh. Hampir putus asa, hingga akhirnya Pak Yusuf teringat dengan Hotel Jakarta, yang ternyata letaknya dekat dengan hotel Panakkukang. Kata Pak Yusuf itu hotel masih baru. Setelah cari di internet, dapatlah kami nomor teleponnya. Alhamdulillah, ada kamar kosong yang harganya masih masuk budget dan ada jendela. Huffhhh...lega rasanya...
Hampir jam 9 malam kami sampai di Makassar. Sebelum sampai hotel, kami makan malam dulu di sebuah Kafe bernama Kios La Galigo. Dari cerita Pak Yusuf dan beberapa foto serta keterangan yang menjadi dekorasi kafe ini, La Galigo adalah sebuah pertunjukan drama tentang cerita rakyat masyarakat Sulawesi Selatan yang sangat terkenal bahkan hingga ke seluruh dunia. Yaa..sangat disayangkan, masyarakat dunia lebih mengenalnya daripada masyarakat di Indonesia sendiri.
Foto-foto tentang Pertunjukkan La Galigo |
Selesai makan malam, kami diantar ke hotel. Wah... ternyata hotel Jakarta letaknya tidak jauh dari hotel Panakkukang. Bedanya hotel Jakarta tidak terletak di pinggir jalan utama Boulevard Panakkukang. Hotel ini masuk ke jalan yang lebih kecil sekitar 100 meter. Kekurangannya jalan menuju hotel ini masih jelek. Akan tetapi, kami senang begitu tiba di hotel. Hotelnya terlihat masih baru, model modern minimalis, masih sangat bersih, yang terpenting kamarnya luas, kasurnya empuk (K*ng Ko*il lho), TVnya sudah flat, ber-AC, kamar mandi ada air hangat. Kami sangat puas dan malam itu kami dapat beristirahat dengan nyaman.